Monday 22 September 2008

Sendiri ( lagi )

Berjalan sendiri di sudut sepi...
Di bawah purnama yang berbayang awan hitam...
Malam ini tak tampak aurora borealis yang engkau katakan indah,
Bahkan bintang yang biasanya berkedip dan berpesta di langit pun tak nampak...
Semua ikut muram, semua ikut merasakan duka...
Kutatap langit...gugugan bintang...kucari purnama yang membeku diam,
Dan kuberi senyuman...
"Sudahlah, aku tak ingin lagi mengacaunya...aku yakin dia bisa bahagia, walau tanpa aku..."
Bintang masih terdiam lesu, purnama pun masih membeku...
Semua hampa dan kosong, udara tiba-tiba begitu dingin menyergap...
"Dia tak pernah memberikan torehan luka baru untukku...aku tak pernah menganggapnya begitu..."
Aku berhenti berjalan...menekuk lututku dan berjongkok dalam sepinya jalan dan malam,
Desis angin membiusku...
"Tapi kau mencintainya......kau mencintainya....."

"Cinta bisa dinikmati tanpa harus memiliki...." aku pun kembali menatap langit, memberikan senyuman ku yang termanis

"Dia mendo'akanku semalam...dan itu sudah lebih membuatku bahagia..."

Angin berdesis nyinyir...

dan masih akan kusambung lagi ceritaku....

-Aisha-

Sunday 21 September 2008

Bidadari Yang Membuat Betari Ratih Cemburu

Malam itu aku dan diriku tengah duduk-duduk menikmati indahnya malam. Hembusan angin berbisik peri malam menemani bincang-bincang hati kami. Dan pelangi malam yang muncul setelah embun malam turun, mengitari pesona emas sang rembulan.

"Wahai aku, ada apa dengan hatimu ? Kulihat kelambunya tersingkap menebarkan aroma cinta dan kesedihan bersama ?"

"Wahai diriku, kau lebih tahu tentang hatiku dibandingkan aku."

"Apakah tentang bidadari indah yang kau temukan dalam pengelanaanmu ?"

"Ya, bidadari indah yang telah membuat betari Ratih cemburu dan betara Kamajaya hancur luluh.."

"Wanita terindah dengan pesona surgawi itukah ?"

"Ya... bidadari yang begitu bijak dan lembut, dengan ketulusan cinta yang jarang ditemukan diantara sesama anak manusia...
Bidadari yang melayang indah bersama angin berbisik dengan kemilau jiwa yang laksana berlian,
yang tak mudah hanyut oleh hantaman badai kehidupan,
yang mengajari jiwa kerdil pria kecil ini mengenai indahnya bait-bait puisi
dan dahsyatnya lirik-lirik prosa sastrawi..
yang begitu tulus penyayang"

"Dan kau begitu mencintainya ?"

"Dia adalah guru yang mengajarkan sebuah jendela hati baru padaku..
Yang membuatku memahami kecemerlangan Venus
Yang membuaku bersedia memandang mars dari sisi lain..
Sementara aku..
Masih tak mampu bergeser dari titik kebodohan dan kepandiranku...."

"Dan kau begitu mencintainya ?"

"Dia laksana dewi Ratih dengan segenap sayap-sayap putihnya..
Yang membuatku serasa Betara Surya
Yang menyayangi aku layaknya aku seorang Betara Kamajaya
Walaupun aku, hanya secercah nyala lilin ditengah malam
Secercah lilin di dalam gubuk reyot..."

"Dan kau begitu mencintainya ?"

Aku hanya bisa bersimbah airmata mendengar jawaban Diriku. Sayatan sembilu kian menganga menoreh pada hatiku, menebarkan harumnya cinta dan aroma duka.

Bahkan sayatan itu, telah membelah sirkuit logika di otak dan jiwaku.

"Diriku, kau tahu apa arti pertemuan kami ?"

Diriku hanya menggeleng.

"Wahai Aku, tak ada sesuatu yang kebetulan dalam perhitunganNya yang Maha Teliti..."

Aku kembali jatuh tersungkur.

"Wahai diriku, kau tahu mengapa kelambu hatiku tersingkap dan menebarkan aura cinta sekaligus kesedihan ?"

Diriku tersenyum.

"Lukamu adalah lukaku, wahai Aku... Tentu Diriku sangat tahu sekali."

"Ya Diriku,
Aku hampir saja menabrak batas tipis dimensi bumi dan nirwana.."

"Jadi ?"

"Aku tak sanggup untuk menjadi Jaka Tarub
yang mengorbankan seorang bidadari langit sehingga menjadi istrinya.

Aku tak sanggup menjadi langit
yang mampu menampung sang surya, rembulan, angin dan pelangi dalam lindungannya.

Aku tak mampu menjadi sang surya
yang sanggup menerangi seantero semesta.

Aku tak kuasa menjadi rembulan
yang menerangi pojok-pojok malam.

Aku hanya pria kecil selayak nyala lilin,
yang berharap sanggup bersanding dengan bidadari yang lebih anggun dari Betari Ratih..

Namun aku tiada bersayap..."

Aku kembali menangis.

"Apapun langkah yang kupilih,
aku tak bisa lari dari kenyataan bahwa akan ada luka yang kutoreh
baik di bumi
maupun di langit nirwana.."

Aku kembali jatuh terpuruk dalam tangisan lara.

"Kau tahu Diriku,
betapa frustasinya aku saat tahu,
bahwa Aku akan menorehkan luka baru
Diatas lukanya yang ingin kututup ?"

Diriku mengangguk pelan. Linangan airmatanya bersatu dengan Aku.

"Wahai Diriku, kau tahu bukan,
menabrak batas dimensi bumi dan nirwana akan membuatku laksana Durjana yang dibencinya ?"

Diriku mengangguk pelan. Kebisuannya membuat Aku kembali menelan lara.

"Wahai Diriku, hanya satu hal yang boleh kulakukan sekarang,
menjaga sang bumi dan merawat mahameru di bumi
agar kelak para dewa dan dewi bisa bersanding
baik dilangit dan dibumi..."

"Ya, Aku.
Dan akan kubingkai indah sang bidadari yang membuat betari Ratih menjadi cemburu itu
dalam pantai hati yang takkan pernah tercemar dan pudar.
Karena dialah,
bidadari yang telah melalui Via Lactea dengan begitu anggunnya,
Aurora Borealis yang berpendar indah laksana sinaran arena lazuardi,
kepingan permata dari keanggunan Balqish pada Sulaiman,
serpihan permata dari keabadian cinta Zulaikha pada Yusuf,
penggalan cahaya dari ketulusan cinta Ingrid pada Soekarno,

Dan... wanita dalam doaku pada NYA
doa akan seribu kebahagiaan baginya..
doa yang setiap hari kupanjatkan pada NYA

agar nanti, suatu saat kelak,
bidadari yang lebih indah dari Betari Ratih itu
akan bertemu dengan pria yang lebih indah
dari pada Betara Kamajaya..
Dan mereka berdua dilimpahi semua yang aku tak mampu memberinya"

au revoir, mon amour
- Kemal -

Tentang Dia

Dia hampir menjadi kenangan,
Hanya butuh sebuah pengakuan, dan dia adalah kenangan...
Manis, sangat manis,
Karena dia pria yang sangat sempurna,
Setidaknya di mataku...di hatiku...dan darahku...
Pria manis yang sangat kuinginkan...pernah, dan ternyata akan selalu kuinginkan,
Namun hanya bisa kuwujudkan dalam mimpi, dalam tulisan, dalam imajinasi...
Dia adalah impianku...yang sudah terwujud hanya dalam dunia maya,
Dunia yang semu penuh mimpi kata para awam, namun sudah berhak dikatakan menjadi dunia nyata menurutku...hanya menurutku...
Dia adalah cita-citaku, dimana akhirnya aku yakin pada kebenaranNya, Tuhan selalu menciptakan karya ciptaNya dengan jeli...dengan cerdas...dan hati-hati,
Dalam mata nya, kutemukan bayanganku, yang tak mungkin juga tergapai olehnya...
Dalam karya nya, kulihat manifestasiku, yang mungkin...tak dapat diraihnya...
Dalam hatinya...selalu kulihat ada cintaku untuknya...
Dia sempurna...setidaknya, dia mahluk yang sangat elok di hatiku,
Aku tahu, bagaimana pun, saat ini akan tiba,...
Dimana aku tak mampu lagi berpijak dengan kedua kakiku untuknya...
Dimana hatiku tak mampu lagi bersikap irasional dengan mengharapkannya...
Dimana harusnya aku tak perlu merasai perasaan ini...
Mengharapkan dia ada untuk sekedar memelukku, adalah mimpi kosong di hari buta...
Saat ini, yang bisa kuharapkan adalah dia selalu memeluk kenangan tentang ku, bait-bait putus asa tentang cinta yang pernah kami kumandangkan berdua, rekaman tawaku, celotehku, isakku...semuanya... semoga terpigura indah di hatinya...
Saat ini, aku hanya ingin memejamkan mataku, untuk mengenangnya, pria sempurna yang ingin kumiliki...ah...

-Aisha-